Bicara tentang pendidikan, bicara tentang sekolah. Hmmm, sekolah seperti apa sih yang kalian dambakan?
Ya, bukan guru yang menceritakan kehidupan sehari-hari dan menelantarkan pelajaran.
Fasilitas yang memadai?
Ya,bukan fasilitas yang kurang baik yang dapat menghambat kemajuan pendidikan.
Lingkungan sekolah yang bersih dan asri?
Ya, bukan lingkungan yang dikelilingi banyak sampah.
Pelajaran yang tidak membosankan?
Ya, bukan pelajaran yang semuanya harus dikuasai tanpa memikirkan bakat dan minat.
Tapi,
apakah kalian tahu kalau pendidikan di Indonesia menurut survey yang
telah dilakukan kini berada di peringkat 110 dari 180 negara di dunia?
Lalu, apakah kalian masih pantas untuk terus menuntut tanpa membantu
demi adanya perubahan? Dan, apakah kalian masih bisa bangga dengan hasil
survey tersebut? Sebenarnya, apa sih makna pendidikan yang sesungguhnya
di mata kalian?
Pelajar bicara tentang pendidikan, menurut saya
pendidikan adalah salah satu cara memajukan bangsa dan menghapus
kebodohan tetapi di zaman yang serba modern ini, pendidikan justru
menjadi ajang bisnis untuk meraup keuntungan dengan cara-cara tertentu,
benarkah? miris memang :-(
Sekolah gratis, misalnya. Ya, janji manis yang
dilontarkan pemerintah kita yang nyatanya tidak sesuai dengan harapan.
Apakah sekolah gratis memang hanya sekedar janji manis saja? Atau hanya
sekedar bunga tidur bagi mereka masyarakat menengah kebawah untuk bisa
merasakan bangku sekolah tanpa memikirkan kesulitan biaya?
Sekolahku, rumahku. Itu yang seharusnya terjadi. Karna
kalau dipikir-pikir, anak sekolah seperti saya lebih banyak menghabiskan
waktu di sekolah. Masuk pukul 06:30 dan pulang pukul 14:30. Jadi kalau
ada yang bilang sekolah adalah rumah kedua, menurut saya itu benar.
Namun, jangankan untuk kalangan anak putus sekolah yang tidak dapat
merasakan rumah kedua ini, anak yang dapat bersekolah seperti biasa saja belum tentu dapat merasakan kenyamanan di rumah kedua ini. Lho, kenapa begitu ya? Bukankah mereka tidak memikirkan kesulitan biaya?
Kalian sebagai pelajar atau mantan pelajar pasti pernah
dong mengalami suka dukanya duduk di bangku sekolah. Guru, guru
merupakan variabel penentu yang membuat suatu sekolah bermutu. Guru
adalah pahlawan tanpa tanda saja, tanpa pamrih. Kalau, gurunya killer???
Tidak sedikit pelajar yang mempunyai masalah dengan
gurunya di sekolah, mungkin juga itulah salah satu faktor yang membuat
pelajar tidak dapat merasakan kenyamanan di rumah keduanya. Dan faktor ini harus segera diubah demi tercapainya kenyamanan di rumah kedua. Nggak
ada guru killer selama guru tersebut masih bertindak wajar, guys. Lagi
pula segalak-galaknya guru pasti mereka juga punya hati kok.
Sekeras-kerasnya batu pasti bisa hancur kalau terkena air terus-menerus,
begitu juga hati seorang manusia. Berpikir positif dan coba sukai
pelajarannya, jangan takut salah jika kalian memang benar. Dan sopan
santun itu perlu lho guys, bukan cuma kepada guru yang kalian sukai.
Dengan itu, saya yakin rumah kedua ini akan jadi tempat yang nyaman untuk kalian, karna apa pun alasannya guru adalah orang tua kita disekolah.
Fasilitas dan lingkungan sekolah, penunjang kenyamanan.
Ya benar dong, kalau sekolahnya ketinggalan zaman, apa nikmatnya?
Fasilitas seperti laboratorium dan perpustakaan harus berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.Teknologi yang canggih saat ini harus bisa
digunakan sebaik dan seoptimal mungkin. Dan lingkungan sekolah yang asri
dan bersih merupakan tanggung jawab semua warga sekolah. Mewujudkan
sekolah adiwiyata bukan hanya mimpi kalau kita bertindak sejak dini.
Mata pelajaran di sekolah yang monoton dan itu-itu saja
dapat membuat pelajar menjadi bosan, terlebih karna pelajar selalu saja
dituntut untuk dapat menguasai semua pelajaran yang disampaikan tanpa
memperhatikan bakat dan minat pelajar tersebut. Sifat remaja yang mudah
bosan dan butuh hal baru harus diperhatikan, penyampaian materi
pelajaran yang jadul harus diubah sejak sekarang. Dengan
menggunakan media yang dapat menampilkan informasi melalui suara,
gambar, warna dan gerakan dapat membantu guru untuk menciptakan suasana
belajar yang lebih hidup. Serta pemberian pekerjaan rumah (PR) dengan
jumlah soal yang banyak dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda tidak
sebanding dengan jangka waktu yang diberikan, juga harus diperhatikan
karna kalau tidak kenyamanan pelajar akan berada di rumah keduanya
akan terganggu. Bisa saja pelajar menjadi takut masuk sekolah karna
belum mengerjakan PR atau bisa saja pelajar malah mengambil jalan pintas
(mencontek) untuk dapat mengerjakan PR tersebut.
Sama seperti pelajar lainnya, harapan saya untuk
pendidikan Indonesia ke depan agar lebih maju adalah dambaan semua
pelajar. Dan dengan memperhatikan hal-hal seperti diatas saya yakin
peringkat pendidikan di Indonesia di mata dunia akan jauh meningkat
lebih tinggi. Bukan menuntut, namun kita bertindak bersama. Sebagai
pelajar, lulus adalah impian saya. Membahagiakan orang tua adalah tujuan
saya. Saya yakin apabila pendidikan Indonesia bergerak lebih maju dan
lebih baik ke depannya, kegagalan dalam pelakasanaan Ujian Nasional
tidak akan lagi terulang sehingga saya dan pelajar seluruh Indonesia
dapat lulus penuh dengan harapan bukan keputus asaan.